Tokoh GAM Pase Desak Pemerintah dan Ulama Selesaikan Pro-Kontra MPTT

LHOKSUKON, ANTEROACEH.com - Pemerintah provinsi, kabupaten dan Kota di Aceh didesak segera menyelesaikan pro dan kontra Majelis Pengkajian Tauhid dan Tasauf (MPTT) yang saat ini masih terjadi di seluruh daerah.
Hal itu diungkap tokoh GAM Tgk Mutamimi, kepada wartawan di Lhokseumawe, Sabtu (10/10/2020). Desakan tersebut muncul akibat semakin maraknya aksi penolakan MPTT di seluruh Aceh termasuk di Aceh Utara.
Kombatan GAM yang juga menjabat Panglima Muda Daerah 1 Wilayah Samudera Pase ini juga menilai bila pemerintah dan ulama diam, dikhawatikan akan terjadi perpecahan di kalangan umat Islam di Aceh yang saat ini sedang berupaya menghadapi musibah pandemi Covid-19. Bahkan berpotensi terjadi bentrok fisik dan pertumpahan darah.
“Jangan sampai ini terjadi, Pemerintah dan Ulama dayah, MPU seluruh Aceh harus segera bertindak menyelesaikan masalah ini. Umat Islam di Aceh sudah sangat trauma dengan konflik dulu. Jangan sampai damai ini menimbulkan konflik baru yang sebenarnya bisa diselesaikan secara bijak,” tegas pria yang akrab disapa Inggreh Sawang.
Ia juga meminta, para pihak kontra dan yang pro dengan MPTT untuk menahan diri, sabar dan menyerahkan penyelesaian masalah ini ke pihak berwenang, dalam hal ini pemerintah (Umara) dan ulama. Jangan bertindak anarkhis dan main hakim sendiri.
“Idealnya kedua belah pihak harus sama-sama bijak, menyerahkan masalah khilafiah ini ke pihak yang lebih berwenang, yakni pemerintah dan MPU. Saya sangat khawatir bila ini terus bermasalah, akan dimamfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin merusak Aceh sehingga konflik antar umat Islam kembali terjadi,” tambahnya.
Menurutnya kerusuhan dan cikal bakal konflik mulai terlihat dengan beberapa kejadian baru-baru ini, seperti perusakan mobil milik jemaah MPTT di Kleut Utara, Aceh Selatan yang terjadi pada awal Agustus lalu, kemudian berlanjut kejadian di Aceh Timur, tepatnya di Sungo Raya. Terus insiden aksi demontrasi yang juga berakhir rusuh mengakibatkan perusakan mobil di Abdya.
Ditambah lagi, adanya insiden pembakaran pamflet dan dayah di Samuti Bireuen, merupakan bukti bahwa sudah ada api konflik yang bisa saja membesar. Jangan sampai setelah ada korban jiwa dan kerusuhan membesar, baru ada campur tangan pemerintah.
Ia mengingatkan, Aceh serambi Mekkah, bangsa bersyariat dengan sejarah yang menyebarkan Islam ke Nusantara bahkan di Asia Tenggara.
“Jangan sampai sejarah Aceh padam karena konflik baru yang memalukan. Jangan sampai Allah turunkan bala karena sesama umat saling bermusuhan,” pungkasnya.
Komentar