Masjid Tuha Indrapuri, Sejarah dibekas Pura

JANTHO, ANTEROACEH.com - Sebelum megah dengan Islam, Aceh kuno juga dikenal dengan sejarah panjang peradaban Hindu. Masjid Indrapuri atau dikenal dengan sebutan Masjid Tuha Indrapuri merupakan bukti bisu purbakala kerajaan Lamuri pada abad ke 12 Masehi.
Masjid yang berdiri kokoh di atas runtuhan pura peninggalan agama Hindu ini berada tepat tak jauh dari Keude (Pasar) Indrapuri, Aceh Besar. Bahkan yang sering lalu-lalang di jalan Medan-Banda Aceh bisa melihat kubah khas dan bangunan kokoh saat melintas.
Konon, pertapakan pura itu juga menjadi tanda terjadi persekutuan Hindu Aceh dengan pasukan Meurah Johan, Sultan pertama Kerajaan Aceh kala bala tentara Cina menduduki Kerajaan Lamuri. Persatuan itu membuahkan kekalahan tentara Cina, sekaligus menjadi tonggak peralihan keyakinan masyarakat Aceh saat itu ke Islam.
Namun ada juga sejarah menyebutkan, bekas candi itu berubah menjadi Masjid pada masa kesultanan Sultan Iskandar Muda setelah merebut kekuasaan kerajaan Hindu, sehingga musuh memeluk agama Islam serta sepakat pura itu candi diubah menjadi masjid. Kemudian pemerintah menetapkan situs tersebut menjadi cagar budaya dan tempat wisata religi.
Selama ini, Masjid Tuha ramai dikunjungi masyarakat lokal dan luar daerah, bahkan masjid ini menjadi perhatian para peneliti sejarah peradaban Islam dan Hindu di Aceh.
Selain berada diatas pertapakan pura, keunikan lain masjid ini yaitu berkontruksi kayu, ditopang pondasi bertingkat bak benteng. Masjid yang merupakan bangunan utama memiliki atap bertingkat ditopang dengan 36 tiang-tiang kayu sebagai penyangga
Di halaman depan yang luas terdapat kolam kecil yang digunakan untuk membasuh kaki Jemaah yang hendak beribadah. Ada kesan tersendiri bagi masyarakat Aceh terhadap masjid ini, karena arsitekturnya kuno dengan tampilan atap mengkrucut berlapis tiga merupakan perpaduan unsur Aceh dan Hindu kuno.
Selama Ramadan ini, situs itu tidak sepi pengunjung, namun sedikit menurun imbas wabah virus Korona karena tidak ada wisatawan domestik dan mancanegara.
“Tahun-tahun lalu biasanya saat Ramadan ada juga kadang datang orang-orang dari Malaysia, karena ada virus Korona, ya Paling warga lokal saja,” cerita Muslim pengurus masjid Tuha.
Katanya, walau sedang Korona, masjid tetap terbuka untuk masyarakat yang ingin melaksanaka shalat taraweh, shalat berjamaah dan iktikaf.
Yang beribadah juga tidak hanya warga setempat, sejak diketahui sebagai situs sejarah. Ramai masyarakat shalat dan mengaji di dalam masjid. Tak jarang juga dari mereka bertanya ke pengurus tentang sejarah lampau.
“Semoga masjid tertua dan bersejarah ini terus lestasi, dan harus diperhatikan oleh pihak-pihak terkait,” harap Muslim.
Komentar